Belajar Ikhlas dan Sabar dari Bapak Buta

March 30, 2017 admin 0 Comments

BELAJAR KESABARAN, KEIKHLASAN DAN SEMANGAT DARI BAPAK BUTA

Bagi warga Pekanbaru, pernah melihat si bapak yang ada di dalam foto?. Saya sering melihatnya, beliau sering berdiri di pinggir SPBU Jalan Harapan Raya, arah Bukit Barisan, sambil meneteng kerupuk yang ia jual.

Saya sendiri sudah beberapa kali membeli kerupuk jualan si bapak yang bernama Maman tersebut. Biasanya setelah beli, saya langsung pulang. Namun sore itu,  saya lihat jualan si bapak masih banyak dan ia tetap berjualan di tengah hujan rintik-rintik. Setelah membeli bahan bakar untuk motor, saya menghampirinya untuk membeli sebungkus kerupuk.

Saya: Beli Kerupuk ini pak.
Maman: Sambil meraba-raba bentuk kerupuk. Oh..yang ini Rp15 ribu bang.
Saya: (dalam hati) eh, si bapak tahu harga-harga kerupuknya dari rabaan tangannya. "Ini uangnya bang, Rp20.000 ribu ya".
Maman: oh, gak uang pas ya?. Silahkan ambil sendiri kembalian uangnya, sambil menyodorkan kantong kresek bawaannya.
Saya: Gak usah bang, ambil aja kembaliannya.
Maman: oh, terima kasih ya.
Saya: kerupuknya makin banyak ya pak?.
Maman: oh, gak makin banyak bang, tapi memang belum banyak yang laku, karena tadi hujan lebat. Jadi, saya berteduh dulu di dekat mushola pom bensin.
Saya: (Astaghfirullahalazim, salah omong saya). Maaf, salah bicara ya pak.

Maman: oh, gak apa-apa.
Saya: Tadi saya lihat, bapak menunjukan uang sekantong, saat mau mengembalikan uang belanjaan saya. Apa gak takut ditipu orang pak?. Misal, uang saya Rp20 ribu, saya minta kembalian dan ambil uang Rp50 ribu dari kantong punya bapak, itu bagaimana pak?.
Maman: oh, gak apa bang. Saya Ikhlas, rezeki itu sudah Allah yang ngatur. Pernah ada orang yang seperti itu, tapi uang penggantinya jauh lebih besar. Saat saya kehilangan Rp50 ribu,  ada orang yang beli kerupuk cuma satu bungkus, diberi uang Rp100 ribu. Saya hanya mensyukuri apa yang ada bang.
  
Jleb, langsung kena saya.  Kehilangan uang Rp50 ribu aja, langsung panik. Sementara si bapak, mengikhlaskan saja.
Saya: hujan-hujan gini kok masih jualan pak?.
Maman: ya, mau gak mau bang.  Kerja saya memang ini. Yang penting saya berusaha,  gak minta-minta

Nauzubillah, si bapak saja selalu bersyukur dengan hidupnya. Sementara saya lebih sering mengeluh dan kufur nikmat. Maafkan hamba ya Allah.

Ternyata si bapak dulunya berprofesi sebagai tukang pijat. Namun karena penghasilannya tidak mencukupi kehidupan sehari-hari.

"Dulu saya tukang pijat di rumah, tapi pelanggannya tidak mencukupi kehidupan saya. Makanya sejak dua bulan yang lalu, saya mencoba untuk jualan kerupuk. Alhamdulillah, cukup untuk kehidupan sehari-hari,"ujarnya.

Maman mengaku berjualan mulai pagi pukul delapan hingga jam 11 dan sore pukul tiga hingga jelang magrib. Dalam sehari ia berhasil minimal membawa pulang uang Rp100 ribu.

"Saya diantar oleh ponakan ke sini tiap pagi dan sore. Tinggal nawari orang yang habis beli bahan bakar. Alhamdulillah, sudah banyak yang mampir, "akunya.

Maman mengaku bakal terus berusaha untuk mencari nafkah dengan cara bekerja, bukan meminta-minta seperti orang memiliki fisik seperti dirinya. "Yang penting saya usaha. Gak minta-minta,"sambungnya.

Ada beberapa pelajaran yang saya dapatkan dari si bapak: Ikhlas, sabar, syukur nikmat dan tetap semangat berusaha, walau apapun yang terjadi.  Satu lagi, berani keluar dari zona nyaman dan langsung Action. Apakah kita sudah berbuat hal yang sama?.

 Bagi warga Pekanbaru yang kebetulan ke Bukit Barisan atau Alam Mayang mohon beli kerupuk bapak ini ya. Itung-itung amal. 

Silahkan share

You Might Also Like

0 comments: